Wednesday, August 15, 2012

Oh Tuhan, ternyata...(Part II)


Sebelumnya...
Ya, Reza sudah meninggalkan dunia ini. Reza pergi meninggalkan aku. Aku akan selalu sayang sama kamu. Aku bakalan ingat pesan kamu, aku kangen kamu. Baik-baik disana ya, love you. Lyra beranjak dari nisan Reza. Dan berjalan keluar pemakaman. Dilubuk hatiku terukir nama km, Za. Ga bakalan ada yang gantiin. Aku janji. Aku sayang kamu, Reza.


***
                Hari demi hari telah berlalu, kini Lyra harus benar-benar mengikhlaskan kepergian Reza untuk selama-lamanya. Tepat 1 tahun Reza meninggal.
                “Za, kamu gimana di sana? Bahagia ga? Aku kangen sama candaan kamu, Za. Tapi sekarang kita ga bisa kayak dulu lagi. Dunia kita udah beda.” Tetesab air mata membasahi pipi Lyra yang kala itu sedang bersimpuh di samping makam Reza.
                “Udah yuk, nanti lagi ke sininya. Nanti kamu makin sedih.” Ucap lelaki itu, sudah beberapa bulan ini dia menemani Lyra, bukan sebagai pacar tapi hanya sebagai seorang teman, itulah anggapan Lyra terhadap lelaki yang sebenarnya di dalam hatinya menyimpan kasih sayang melebihi teman.
                “Iya.” Hanya itu yang diucapkan Lyra kepada lelaki itu. Lyra beranjak berdiri, kemudian berjalan bersamaan dengan lelaki yang menemaninya tadi. Mereka berjalan mengeluari pemakaman, memasuki mobil, dan berlalu begitu saja.
                Di jalan...
                “Ra, makan yuk? Aku lapar nih.” Tanya lelaki itu kepada Lyra. “Udah jangan sedih terus dong, aku ga mau liat kamu sedih lagi.”
                “Aku ga sedih, cuma ingat Reza aja hehe.” Sahut Lyra. “Eh, mau makan deh. Aku mau makan sate di tempat biasa.” Lyra sangat menyukai sate, hampir tiap minggu dia selalu datang ke kafe langganannya yang menyediakan sate ayam. Kafe dengan konsep outdoor bernuansakan alam, terdapat air mancur buatan di tengah kafe yang atapnya terbuka, serta bebatuan yang menjadikan kafe itu seperti alam.
                Lelaki itu mengemudikan mobil jazznya dengan santai, mobilnya sangat bersih. Hampir semua aksesoris mobilnya berwarna biru. Bau harum pun tak pernah absen dari mobilnya. Dia adalah orang yang sangat menyukai kebersihan. Tak heran kalau mobil dan seisinya selalu rapi dan bersih.
                Tibalah mereka di kafe Bobs. Dua orang yang terlihat seperti pasangan kekasih itu memasuki pintu kafe, Lyra terlihat santai dengan sweater cream, dipadukan dengan rok selutut berwarna coklat tua, serta tas dompet berwarna coklat. Dan lelaki yang bersamanya memakai kaos berwarna coklat dipadukan dengan celana pendek, membuat lelaki yang memiliki paras pangeran itu terlihat lebih cool.
                “Mba, seperti biasa ya.” Kata Lyra kepada pelayan yang sudah hapal dengan pesanan Lyra.
                “Kalo mas nya?.” Tanya pelayan itu kepada lelaki yang duduk di samping Lyra.
                “Saya mesen jus alpukat aja.” Sahutnya dengan ramah kepada pelayan itu. Pelayan itu pun mencatat pesanan mereka dan meninggalkan mereka dengan senyum ramah.
                “Ra, aku mau bilang sesuatu.” Kata lelaki itu dengan ragu.
                “Apa?.” Lyra agak sedikit gugup mendengarnya.
                Bilang ga ya? Kalo bilang hm entar gimana? “Ga, itu pipi kamu tembem banget kayak bakpao.” Lelaki itu tertawa dan mecubit pipi Lyra.
                “Nah kan aku diejek lagi, awas ya cubit-cubit aku!.” Lyra tersenyum malu.
                “Ini mba, mas, pesanannya.” Pelayan laki-laki datang mengantarkan pesanan mereka.
                “makasih.” Jawab Lyra dan lelaki itu hampir bersamaan.
                Mereka pun mulai menyantap makanan yang sudah tersedia di depan mereka. Kemudian, lelaki itu meminta izin kepada Lyra untuk ke kamar kecil. Lyra pun mempersilakan lelaki itu perg. Tapi lelaki itu tidak benar-benar pergi ke kamar kecil, dia malah balik ke mobil dan mengambil sesuatu. Setelah mengambil benda itu dia langsung balik ke dalam kafe.
                “Taraaa!!!!! Coba liat aku bawa apa?.” Lelaki itu mengagetkan Lyra yang sedang asyik makan.
                “Wah! Boneka hello kitty merah, salah satu koleksi boneka yang belum aku punya.” Lyra mengambil boneka hello kitty itu sambil tersenyum bahagia. Senyum yang jarang Lyra perlihatkan setelah kematian Reza..
                “Nah gitu dong senyummmm, kan manissss.” Goda lelaki itu kepada Lyra.
                Setelah lumayan lama bercakap-cakap, mereka pulang.  Lelaki itu mengantarkan Lyra pulang ke rumahnya.
***
                “Lyra, ayo bangun! Kamu ga sekolah?.” Mamanya Lyra, Tante Monik membangunkan Lyra yang tengah tertidur pulas.
                Sambil membuka matanya, Lyra melirik jam di kamarnya. “Hah? Udah jam 6? Mamaaaa!!!!!!!!! Lyra bakalan telat nihhhh.” Lyra panik dan segera bangun dari tempat tidur bergegas menuju kamar mandi.
                “Mama, Lyra berangkat ya. Dah pah, dah ma.” Lyra mencium tangan kedua orang tuanya.
                Lyra membuka pagar rumahnya, hari ini dia dijemput oleh lelaki itu lagi. Lelaki yang bukan pacarnya, namun terkesan seperti pacar. Lelaki itu mengantarkan Lyra ke sekolah, hampir setiap hari dia memberi Lyra coklat. Coklat adalah makanan kesukaan Lyra.
                “Mana coklatnya?.” Tanya Lyra seperti anak kecil kepada lelaki itu.
                “Mau banget nih?” Goda lelaki itu dengan muka unyu. Haha
                “Tuh kan mulai lagi.” Lyra pura-pura ngambek.
                “Jangan cemberut gitu dong mukanya, ya pasti ada dong coklat buat si pipi tembem.” Bujuk lelaki itu sambil memberi coklat batangan kepada Lyra.
                Lelaki itu sangat romantis, berbeda dengan Reza. Setiap hari selalu memberi Lyra coklat, kadang-kadang memberikan Lyra kado tak terduga, di kamar Lyra udah banyak koleksi boneka pemberian lelaki tersebut. Kalian tau kenapa dia selalu memberikan kado tersebut? Tau kah kalian siapa sebenarnya lelaki ini? Tunggu kelanjutan cerpen ini ya ^^ 

5 comments:

  1. penerbit mna yg mau nerima cerita blm slsai? hha

    ReplyDelete
  2. selesainya kapan??? hhaha entar saya yg jadi cover designer-nya.

    ReplyDelete
  3. ceritanya ada yg baca? dikit ah -_-

    ReplyDelete
  4. promosikan supaya banyak yang baca. kalo bisa bikin ratusan halaman kayak novel.

    ReplyDelete