Sebelumnya...
Ya, Reza sudah meninggalkan dunia ini. Reza
pergi meninggalkan aku. Aku akan selalu sayang sama kamu. Aku bakalan ingat
pesan kamu, aku kangen kamu. Baik-baik disana ya, love you. Lyra beranjak dari
nisan Reza. Dan berjalan keluar pemakaman. Dilubuk hatiku terukir nama km, Za.
Ga bakalan ada yang gantiin. Aku janji. Aku sayang kamu, Reza.
***
Hari
demi hari telah berlalu, kini Lyra harus benar-benar mengikhlaskan kepergian
Reza untuk selama-lamanya. Tepat 1 tahun Reza meninggal.
“Za,
kamu gimana di sana? Bahagia ga? Aku kangen sama candaan kamu, Za. Tapi
sekarang kita ga bisa kayak dulu lagi. Dunia kita udah beda.” Tetesab air mata
membasahi pipi Lyra yang kala itu sedang bersimpuh di samping makam Reza.
“Udah
yuk, nanti lagi ke sininya. Nanti kamu makin sedih.” Ucap lelaki itu, sudah
beberapa bulan ini dia menemani Lyra, bukan sebagai pacar tapi hanya sebagai
seorang teman, itulah anggapan Lyra terhadap lelaki yang sebenarnya di dalam
hatinya menyimpan kasih sayang melebihi teman.
“Iya.”
Hanya itu yang diucapkan Lyra kepada lelaki itu. Lyra beranjak berdiri,
kemudian berjalan bersamaan dengan lelaki yang menemaninya tadi. Mereka
berjalan mengeluari pemakaman, memasuki mobil, dan berlalu begitu saja.
Di
jalan...
“Ra,
makan yuk? Aku lapar nih.” Tanya lelaki itu kepada Lyra. “Udah jangan sedih
terus dong, aku ga mau liat kamu sedih lagi.”
“Aku
ga sedih, cuma ingat Reza aja hehe.” Sahut Lyra. “Eh, mau makan deh. Aku mau
makan sate di tempat biasa.” Lyra sangat menyukai sate, hampir tiap minggu dia
selalu datang ke kafe langganannya yang menyediakan sate ayam. Kafe dengan
konsep outdoor bernuansakan alam, terdapat air mancur buatan di tengah kafe
yang atapnya terbuka, serta bebatuan yang menjadikan kafe itu seperti alam.
Lelaki
itu mengemudikan mobil jazznya dengan santai, mobilnya sangat bersih. Hampir
semua aksesoris mobilnya berwarna biru. Bau harum pun tak pernah absen dari
mobilnya. Dia adalah orang yang sangat menyukai kebersihan. Tak heran kalau
mobil dan seisinya selalu rapi dan bersih.
Tibalah
mereka di kafe Bobs. Dua orang yang terlihat seperti pasangan kekasih itu
memasuki pintu kafe, Lyra terlihat santai dengan sweater cream, dipadukan
dengan rok selutut berwarna coklat tua, serta tas dompet berwarna coklat. Dan
lelaki yang bersamanya memakai kaos berwarna coklat dipadukan dengan celana
pendek, membuat lelaki yang memiliki paras pangeran itu terlihat lebih cool.
“Mba,
seperti biasa ya.” Kata Lyra kepada pelayan yang sudah hapal dengan pesanan
Lyra.
“Kalo
mas nya?.” Tanya pelayan itu kepada lelaki yang duduk di samping Lyra.
“Saya
mesen jus alpukat aja.” Sahutnya dengan ramah kepada pelayan itu. Pelayan itu
pun mencatat pesanan mereka dan meninggalkan mereka dengan senyum ramah.
“Ra,
aku mau bilang sesuatu.” Kata lelaki itu dengan ragu.
“Apa?.”
Lyra agak sedikit gugup mendengarnya.
Bilang
ga ya? Kalo bilang hm entar gimana? “Ga, itu pipi kamu tembem banget kayak
bakpao.” Lelaki itu tertawa dan mecubit pipi Lyra.
“Nah
kan aku diejek lagi, awas ya cubit-cubit aku!.” Lyra tersenyum malu.
“Ini
mba, mas, pesanannya.” Pelayan laki-laki datang mengantarkan pesanan mereka.
“makasih.”
Jawab Lyra dan lelaki itu hampir bersamaan.
Mereka
pun mulai menyantap makanan yang sudah tersedia di depan mereka. Kemudian,
lelaki itu meminta izin kepada Lyra untuk ke kamar kecil. Lyra pun
mempersilakan lelaki itu perg. Tapi lelaki itu tidak benar-benar pergi ke kamar
kecil, dia malah balik ke mobil dan mengambil sesuatu. Setelah mengambil benda
itu dia langsung balik ke dalam kafe.
“Taraaa!!!!!
Coba liat aku bawa apa?.” Lelaki itu mengagetkan Lyra yang sedang asyik makan.
“Wah!
Boneka hello kitty merah, salah satu koleksi boneka yang belum aku punya.” Lyra
mengambil boneka hello kitty itu sambil tersenyum bahagia. Senyum yang jarang
Lyra perlihatkan setelah kematian Reza..
“Nah
gitu dong senyummmm, kan manissss.” Goda lelaki itu kepada Lyra.
Setelah
lumayan lama bercakap-cakap, mereka pulang.
Lelaki itu mengantarkan Lyra pulang ke rumahnya.
***
“Lyra,
ayo bangun! Kamu ga sekolah?.” Mamanya Lyra, Tante Monik membangunkan Lyra yang
tengah tertidur pulas.
Sambil
membuka matanya, Lyra melirik jam di kamarnya. “Hah? Udah jam 6?
Mamaaaa!!!!!!!!! Lyra bakalan telat nihhhh.” Lyra panik dan segera bangun dari
tempat tidur bergegas menuju kamar mandi.
“Mama,
Lyra berangkat ya. Dah pah, dah ma.” Lyra mencium tangan kedua orang tuanya.
Lyra
membuka pagar rumahnya, hari ini dia dijemput oleh lelaki itu lagi. Lelaki yang
bukan pacarnya, namun terkesan seperti pacar. Lelaki itu mengantarkan Lyra ke
sekolah, hampir setiap hari dia memberi Lyra coklat. Coklat adalah makanan
kesukaan Lyra.
“Mana
coklatnya?.” Tanya Lyra seperti anak kecil kepada lelaki itu.
“Mau
banget nih?” Goda lelaki itu dengan muka unyu. Haha
“Tuh
kan mulai lagi.” Lyra pura-pura ngambek.
“Jangan
cemberut gitu dong mukanya, ya pasti ada dong coklat buat si pipi tembem.”
Bujuk lelaki itu sambil memberi coklat batangan kepada Lyra.
Lelaki
itu sangat romantis, berbeda dengan Reza. Setiap hari selalu memberi Lyra
coklat, kadang-kadang memberikan Lyra kado tak terduga, di kamar Lyra udah
banyak koleksi boneka pemberian lelaki tersebut. Kalian tau kenapa dia selalu
memberikan kado tersebut? Tau kah kalian siapa sebenarnya lelaki ini? Tunggu kelanjutan
cerpen ini ya ^^
Bikin buku aja Mba. :)
ReplyDeletepenerbit mna yg mau nerima cerita blm slsai? hha
ReplyDeleteselesainya kapan??? hhaha entar saya yg jadi cover designer-nya.
ReplyDeleteceritanya ada yg baca? dikit ah -_-
ReplyDeletepromosikan supaya banyak yang baca. kalo bisa bikin ratusan halaman kayak novel.
ReplyDelete