Sebelumnya....
“Jangan cemberut gitu
dong mukanya, ya pasti ada dong coklat buat si pipi tembem.” Bujuk lelaki itu
sambil memberi coklat batangan kepada Lyra.
Lelaki
itu sangat romantis, berbeda dengan Reza. Setiap hari selalu memberi Lyra
coklat, kadang-kadang memberikan Lyra kado tak terduga, di kamar Lyra udah
banyak koleksi boneka pemberian lelaki tersebut.
***
“Ya udah, aku turun masuk ya. Makasih coklatnya.” Ucap Lyra sambil keluar
dari mobil dengan memamerkan senyum khasnya dengan gigi berbehel.
Hari itu
Lyra terlihat lebih fresh, lebih lucu, yah lebih imutlah dengan seragam SMAnya,
rambut agak kecoklatannya terurai dijepit jepitan bunga kecil berwarna merah,
tas ransel berwarna merah, jam tangan berwarna merah, Lyra mengenakan benda
yang berwarna merah karena dia memang sangat menyukai warna merah. Ditambah
wangi aroma tubuhnya yang seperti bayi, maklumlah karna Lyra memakai minyak
telon sehingga tak heran lagi kalo badannya bau bayi.
Dari
kejauhan, seseorang sedang mengamati Lyra yang sedang menuruni mobil. Mata itu
menatap tajam, bukan menatap Lyra tetapi lelaki yang ada di dalam mobil
tersebut. Tatapan mata yang dingin, penuh dengan pertanyaan yang harus dijawab
oleh lelaki tersebut. Dan kini, matanya tertuju kepada Lyra yang berjalan, berjalan
dengan senyum bahagia. Senyum yang jarang dilihatnya setelah meninggalnya Reza.
Apa yang
harus ku lakukan? Aku tidak tau harus berbuat apa. Tuhan, tolong aku.
***
“Pagi, Ra. Ciye kok kayak bahagia
gitu?” Tanya Anne penasaran.
“Gak apa-apa kok hehe.” Jawab Lyra
dengan muha memerah.
Tiba-tiba Andra mengagetkan mereka
berdua...
“Pagi anak ingusan!!!” Andra muncul
di belakang keduanya cewek itu sambil menarik pela rambut keduanya.
“Andraa!!!!!!!! Rambut aku kucel nih
ah!.” Anne dongkol dengan perbuatan Andra. Namun dalam hati Anne dia senang
dengan perbuatan Andra tadi. Anne menyukai Andra ketika dia bertemu Andra waktu
OSPEK kelas X. Dia sudah menyimpan perasaanya ini hampir 3 tahun. Ya, sekarang
mereka sudah menduduki bangku kelas XII. Anne selalu saja menutup-nutupi
perasaannya terhadap Andra. Dan sebenernya juga Andra itu sayang sama Anne tapi
Andra juga menutup-nutupi perasaanya karena Andra sudah punya pacar. Andra juga
sayang sama pacarnya ini. Dan ga mungkin dia ninggalin pacarnya ini.
“Eh iya deh maaf, kan Cuma becanda.”
Andra meminta maaf dengan muka setengah ngejek.
“HUH!.” Hampir bersamaa kata huh
terdengar dari mulut kedua cewek itu.
Bel pelajaran pertama berbunyi, mereka semua pun belajar
seperti biasa.
Teng....teng...teng....
Bel tanda pelajaran berakhir pun
berbunyi, semuanya berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, ada yang ke
perpus, main basket, main bola, dan kegiatan lainnya.
Kegiatan sekolah hari itu pu telah
usai, Lyra sedang menunggu Dimas di depan sekolah. Dimas merupakan sepupunya
Reza, dia lah yang menjadi senyum setelah Reza meninggal. Dimas lah kini yang
menjadi alasan kenapa Lyra tersenyum. Bahagia itu sederhana, ketika kita
tersenyum melihat orang yang kita sayangi. Ya, kini Lyra mempunyai perasaan
sayang terhadap dimas.
“Hallo tembemmmm, maaf ya udah bikin
km nunggu. Udah lama belum nunggu?.” Tanya Dimas ketika Lyra masuk ke dalam
mobil.
“Ga, baru aja.” Jawab Lyra dengan
senyuman behel yang khas.
“Jalan yuk?.” Ajak Dimas.
“Ke mana?.” Tanya Lyra.
“Rahasia dong. Pokoknya tenang aja.
Km pasti bakalan suka. Tapi telpon mama dulu, minta izin.” Sahut Reza.
“Iya, bentar.” Lyra mengambil ponsel
di kantong dan menelpon mamanya.
Setelah menelpon mamanya buat minta
izin. Lyra pun diberi izin mamanya untuk pergi bersama Dimas. Mereka pun pergi
ke tempat yang dirahasiakan Dimas.
***
Setibanya di
sana...
“Wow, its so
wonderfull!! I’d loved it!.” Kata Lyra ketika melihat dirinya berada di sebuah
pantai dengan hamparan pasir putir, ombak yang bergulung-gulung, angin pantai
yang menyegarkan, dan tak kalah indahnya lagi ketika menyaksikan matahari akan
terbenam. Kini Lyra sangat sangat bahagia. Ada Dimas yang selalu ada untuknya.
“Suka ga?.”
Tanya Dimas sambil mendudukan dirinya di samping Lyra.
“Suka banget
malah.” Jawab Lyra sambil memandangi matahari yang mulai terbenam dalam
gulungan ombak.
“Aku senang
liat kamu senyum kayak gini terus. Jangan sedih-sedih lagi ya, aku akan ada
terus buat kamu.” Ucap Dimas sambil mengecup kening Lyra.
Spontan Lyra
kaget, kaget bahagia. Lyra mengangguk pelan sambil tersenyum dengan pipi
memerah. Kemudian Dimas mengambil tangan Lyra dan memegangnya erat-erat. Lyra
pun menyandarkan kepalanya di bahu Dimas. Dimas merangkul Lyra, dan tiba-tiba
Dimas menjambak rambut Lyra. Dimas pun langsung lari, Lyra pun langsung mengejar
Dimas sambil berteriak. Mereka berlarian di tepi pantai. Senja yang indah buat
Lyra.
***
Lyra kini
sudah berada di kamar tidurnya, dia tidak bisa tidur setelah ingat kejadian di
pantai tadi. Dia benar-benar bahagia. Kemudian dia mengambil foto Reza di laci
meja belajarnya.
“Za, aku
tadi jalan-jalan sama Dimas. Asyik banget loh. Kayaknya aku mulai menyukainya,
kamu setuju kan, Za?.” Lyra berbicara kepada fotonya Reza.
“Kamu apa
kabar? Baik-baik aja kan di surganya? Aku kangen kamu deh. Kamu ingat ga waktu
kita pergi ke pantai juga? Tapi bedanya kamu ga seromantis Dimas hehe. Masa kamu
ga ngerangkul aku? :p. Za, aku tetep sayang kok sama kamu walaupun udah ada
Dimas. Kamu cinta pertama aku deh kayaknya, Za. Soalnya cuma kamu yang ga bisa
aku lupain. Tapi ngomong-ngomong cinta pertama aku jadi ingat Lisa deh. Dia kan
cinta pertama kamu, tapi kok kamu ninggalin dia, dia bisa baik-baik aja sih? Sedangkan
aku? Kamu ga adil deh, Za. Dihati kamu masih ada aku kan, Za? Iya kan? I hope
so. Bcs in my heart, you never replaced. Love you.” Kata Lyra sambil meneteskan
air mata. Lyra flashback lagi kenangannya bersama-sama Reza dulu. Foto Reza
dipeluknya, dan dibawanya tidur. Berharap dia akan bertemu Reza walau hanya di
mimpi sebagai obat rasa rindunya terhadap Reza.
Tiba-tiba
ada telpon, Lyra pun terbangun. Dia meraih handphonenya dan menekan tombol
hijau.
“Halo? Siapa
ini?.” Tanya Lyra setengah tak sadarkan diri, maklum itu jam 3 pagi.
“Jauhi
Dimas! Jauhi dia! Lo ga pantes buat Dimas!.” Terdengar suara serak dari telpon
tersebut. Sentak Lyra pun kaget, dia langsung bangun dan berkata,”Kamu siapa? Apa
maksudmu? Aku ga ngerti.”
“Jauhi
Dimas! Tinggalin dia!.” Tut tut tut....telpon itu pun terputus. Lyra panik, dia
tidak mengerti apa yang dikatakan orang yang menelponnya tersebut. Kini rasa
khawatir, takut, cemas, gelisah menggerogoti benaknya.
Oh Tuhan,
siapa itu? Apalagi ini? Apa yang dia maksud? Ah aku tidak mengerti. Ada apa? Jawab
ya Tuhan.
Mau tau
kelanjutan kisahnya? Mau tau apa yang terjadi? Tunggu kisah selanjutnya ^^
Update terus.. (ง'̀⌣'́)ง
ReplyDelete