Friday, August 17, 2012

Oh Tuhan, ternyata...(part III)


Sebelumnya....
“Jangan cemberut gitu dong mukanya, ya pasti ada dong coklat buat si pipi tembem.” Bujuk lelaki itu sambil memberi coklat batangan kepada Lyra.
            Lelaki itu sangat romantis, berbeda dengan Reza. Setiap hari selalu memberi Lyra coklat, kadang-kadang memberikan Lyra kado tak terduga, di kamar Lyra udah banyak koleksi boneka pemberian lelaki tersebut.
***

            “Ya udah, aku turun masuk ya. Makasih coklatnya.” Ucap Lyra sambil keluar dari mobil dengan memamerkan senyum khasnya dengan gigi berbehel.
            Hari itu Lyra terlihat lebih fresh, lebih lucu, yah lebih imutlah dengan seragam SMAnya, rambut agak kecoklatannya terurai dijepit jepitan bunga kecil berwarna merah, tas ransel berwarna merah, jam tangan berwarna merah, Lyra mengenakan benda yang berwarna merah karena dia memang sangat menyukai warna merah. Ditambah wangi aroma tubuhnya yang seperti bayi, maklumlah karna Lyra memakai minyak telon sehingga tak heran lagi kalo badannya bau bayi.
            Dari kejauhan, seseorang sedang mengamati Lyra yang sedang menuruni mobil. Mata itu menatap tajam, bukan menatap Lyra tetapi lelaki yang ada di dalam mobil tersebut. Tatapan mata yang dingin, penuh dengan pertanyaan yang harus dijawab oleh lelaki tersebut. Dan kini, matanya tertuju kepada Lyra yang berjalan, berjalan dengan senyum bahagia. Senyum yang jarang dilihatnya setelah meninggalnya Reza.
            Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak tau harus berbuat apa. Tuhan, tolong aku.
***
            “Pagi, Ra. Ciye kok kayak bahagia gitu?” Tanya Anne penasaran.
            “Gak apa-apa kok hehe.” Jawab Lyra dengan muha memerah.
            Tiba-tiba Andra mengagetkan mereka berdua...
            “Pagi anak ingusan!!!” Andra muncul di belakang keduanya cewek itu sambil menarik pela rambut keduanya.
            “Andraa!!!!!!!! Rambut aku kucel nih ah!.” Anne dongkol dengan perbuatan Andra. Namun dalam hati Anne dia senang dengan perbuatan Andra tadi. Anne menyukai Andra ketika dia bertemu Andra waktu OSPEK kelas X. Dia sudah menyimpan perasaanya ini hampir 3 tahun. Ya, sekarang mereka sudah menduduki bangku kelas XII. Anne selalu saja menutup-nutupi perasaannya terhadap Andra. Dan sebenernya juga Andra itu sayang sama Anne tapi Andra juga menutup-nutupi perasaanya karena Andra sudah punya pacar. Andra juga sayang sama pacarnya ini. Dan ga mungkin dia ninggalin pacarnya ini.
            “Eh iya deh maaf, kan Cuma becanda.” Andra meminta maaf dengan muka setengah ngejek.
            “HUH!.” Hampir bersamaa kata huh terdengar dari mulut kedua cewek itu.
Bel pelajaran pertama berbunyi, mereka semua pun belajar seperti biasa.
Teng....teng...teng....
            Bel tanda pelajaran berakhir pun berbunyi, semuanya berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, ada yang ke perpus, main basket, main bola, dan kegiatan lainnya.
            Kegiatan sekolah hari itu pu telah usai, Lyra sedang menunggu Dimas di depan sekolah. Dimas merupakan sepupunya Reza, dia lah yang menjadi senyum setelah Reza meninggal. Dimas lah kini yang menjadi alasan kenapa Lyra tersenyum. Bahagia itu sederhana, ketika kita tersenyum melihat orang yang kita sayangi. Ya, kini Lyra mempunyai perasaan sayang terhadap dimas.
            “Hallo tembemmmm, maaf ya udah bikin km nunggu. Udah lama belum nunggu?.” Tanya Dimas ketika Lyra masuk ke dalam mobil.
            “Ga, baru aja.” Jawab Lyra dengan senyuman behel yang khas.
            “Jalan yuk?.” Ajak Dimas.
            “Ke mana?.” Tanya Lyra.
            “Rahasia dong. Pokoknya tenang aja. Km pasti bakalan suka. Tapi telpon mama dulu, minta izin.” Sahut Reza.
            “Iya, bentar.” Lyra mengambil ponsel di kantong dan menelpon mamanya.
            Setelah menelpon mamanya buat minta izin. Lyra pun diberi izin mamanya untuk pergi bersama Dimas. Mereka pun pergi ke tempat yang dirahasiakan Dimas.
***
            Setibanya di sana...
            “Wow, its so wonderfull!! I’d loved it!.” Kata Lyra ketika melihat dirinya berada di sebuah pantai dengan hamparan pasir putir, ombak yang bergulung-gulung, angin pantai yang menyegarkan, dan tak kalah indahnya lagi ketika menyaksikan matahari akan terbenam. Kini Lyra sangat sangat bahagia. Ada Dimas yang selalu ada untuknya.
           
            “Suka ga?.” Tanya Dimas sambil mendudukan dirinya di samping Lyra.
            “Suka banget malah.” Jawab Lyra sambil memandangi matahari yang mulai terbenam dalam gulungan ombak.
            “Aku senang liat kamu senyum kayak gini terus. Jangan sedih-sedih lagi ya, aku akan ada terus buat kamu.” Ucap Dimas sambil mengecup kening Lyra.
            Spontan Lyra kaget, kaget bahagia. Lyra mengangguk pelan sambil tersenyum dengan pipi memerah. Kemudian Dimas mengambil tangan Lyra dan memegangnya erat-erat. Lyra pun menyandarkan kepalanya di bahu Dimas. Dimas merangkul Lyra, dan tiba-tiba Dimas menjambak rambut Lyra. Dimas pun langsung lari, Lyra pun langsung mengejar Dimas sambil berteriak. Mereka berlarian di tepi pantai. Senja yang indah buat Lyra.
***
            Lyra kini sudah berada di kamar tidurnya, dia tidak bisa tidur setelah ingat kejadian di pantai tadi. Dia benar-benar bahagia. Kemudian dia mengambil foto Reza di laci meja belajarnya.
            “Za, aku tadi jalan-jalan sama Dimas. Asyik banget loh. Kayaknya aku mulai menyukainya, kamu setuju kan, Za?.” Lyra berbicara kepada fotonya Reza.
            “Kamu apa kabar? Baik-baik aja kan di surganya? Aku kangen kamu deh. Kamu ingat ga waktu kita pergi ke pantai juga? Tapi bedanya kamu ga seromantis Dimas hehe. Masa kamu ga ngerangkul aku? :p. Za, aku tetep sayang kok sama kamu walaupun udah ada Dimas. Kamu cinta pertama aku deh kayaknya, Za. Soalnya cuma kamu yang ga bisa aku lupain. Tapi ngomong-ngomong cinta pertama aku jadi ingat Lisa deh. Dia kan cinta pertama kamu, tapi kok kamu ninggalin dia, dia bisa baik-baik aja sih? Sedangkan aku? Kamu ga adil deh, Za. Dihati kamu masih ada aku kan, Za? Iya kan? I hope so. Bcs in my heart, you never replaced. Love you.” Kata Lyra sambil meneteskan air mata. Lyra flashback lagi kenangannya bersama-sama Reza dulu. Foto Reza dipeluknya, dan dibawanya tidur. Berharap dia akan bertemu Reza walau hanya di mimpi sebagai obat rasa rindunya terhadap Reza.
            Tiba-tiba ada telpon, Lyra pun terbangun. Dia meraih handphonenya dan menekan tombol hijau.
            “Halo? Siapa ini?.” Tanya Lyra setengah tak sadarkan diri, maklum itu jam 3 pagi.
            “Jauhi Dimas! Jauhi dia! Lo ga pantes buat Dimas!.” Terdengar suara serak dari telpon tersebut. Sentak Lyra pun kaget, dia langsung bangun dan berkata,”Kamu siapa? Apa maksudmu? Aku ga ngerti.”
            “Jauhi Dimas! Tinggalin dia!.” Tut tut tut....telpon itu pun terputus. Lyra panik, dia tidak mengerti apa yang dikatakan orang yang menelponnya tersebut. Kini rasa khawatir, takut, cemas, gelisah menggerogoti benaknya.
            Oh Tuhan, siapa itu? Apalagi ini? Apa yang dia maksud? Ah aku tidak mengerti. Ada apa? Jawab ya Tuhan.
            Mau tau kelanjutan kisahnya? Mau tau apa yang terjadi? Tunggu kisah selanjutnya ^^

1 comment: